Iklan

Thursday, January 19, 2017

Pengertian Agama Islam

Islam menurut bahasa, islam memiliki arti ; selamat, kedamaian, sentausa,
sedangkan dalam istilah syar'i islam berserah diri, tunduk patuh, dengan kesadaraan yang
tinggi tanpa paksaan. Sedangkan islam secara makna, maka akan menjadi sangat luas jika
dikaitkan dengan beberapa arti di atas.

Makna dalam arti kata selamat, maka islam adalah jalan hidup (way of life) satu-satunya
yang paling selamat mengantarkan manusia sampai tujuan akhirnya..yaitu kehidupan
akhirat.

Dalam konteks perjalanan, tujuan hanya dapat dicapai melalui jalan yang
ditempuh. Sedangkan sebuah jalan, ia memiliki cara dan aturan.

Akhirat adalah tujuan akhir dari perjalanan manusia, cara yang terbaik adalah cara
Rasulullah, dan aturan yang digunakan adalah berdasarkan Al Quran dan Sunnah, dan
islam adalah bentuk dari gabungan antara aturan dan cara tersebut (Al Quran & Sunnah
Cara Rasulullah) yang membetuk jalan yang paling selamat untuk mencapai tujuan akhir
dari perjalanan manusia.

Makna kedamaian, adalah dengan mengikuti jalan islam untuk mencapai tujuan,
seseorang pasti akan mendapatkan kedamaian dalam menjalani kehidupanya. Damai
dalam konteks internal (dari sisi dirinya sendiri) dan dalam konteks eksternal (dalam
hubungan bermasyarakat).

Islam adalah agama yang menyukai kedamaian, kecuali jika hak Allah, dan hak azai
manusia dihina dan di dzholimi, maka Islam dalam ajarannya menganjurkan untuk
melakukan tindakan yang proporsional dan sesuai dengan perlakuan tersebut.

Makna sentausa, hanya akan dicapai jika ada keselamatan dan kedamaian, ini juga
merupakan arti dalam islam yang berkaitan dengan 2 makna di atas. yang berkaitan
dengan pelaksanaan islam secara internal (diri sendiri) maupun external (lingkungan,
masyarakat, dll).

Makna berserah diri, adalah ketika seseorang menyerahkan seluruh jalan hidupnya
(tunduk patuh) sesuai dengan aturan-aturan (syariat) dalam islam. Pendekatan untuk
memahami hal ini bisa kita pahami melalui uraian singkat berikut.

Pada umumnya, manusia itu akan mengikuti seseorang yang ia anggap lebih dari dirinya,
itu sebabnya, maka di dunia ini ada kegiatan belajar dan mengajar (murid dan guru).
Orang yang lebih rendah ilmuya, pasti akan mengikuti seseorang yang lebih tinggi
ilmunya. Kaidah ini adalah kaidah yang universal, berlaku bagi setiap manusia.
Marilah kita melihat hal ini dalam konteks ilmu pengetahuan.

Ketika ketinggian ilmu pengetahuan manusia telah mencapai satu titik yang paling tinggi
dari ilmunya, maka pada titik puncaknya, manusia pasti akan menemukan kekuasaan dan
keagungan Allah sebagai pemilik ilmu sesuai yang sesuai dengan sifat-Nya.

Contohnya seperti para pakar dan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pada
abad ini telah mengungkapkan fakta dari kebenaran penelitian mereka, yang ternyata
semuanya ada di dalam Al Quran yang disampaikan oleh Rasulullah +/- 14 abad yang
lalu.

Sebuah contoh, dalam surat Al Alaq, Allah menyatakan menciptakan manusia dari Alaq.
Alaq dalam Al Quran terjemahan DEPAG diartikan segumpal darah (dan ini juga tidak
salah), tetapi jika mengambil arti Alaq dalam arti bahasa arab, maka ia berarti , sesuatu
yang hidup dari sesuatu yang ditempelinya (seperti benalu, jamur, dll).

Dan jika kita lihat fakta ilmu embriologi (berdasarkan penelitian dengan peralatan dan
kemajuan teknologi modern) di dunia saat ini mengatakan bahwa manusia itu pada
awalnya berasal dari zygote, yaitu kumpulan sel-sel yang hidup dan berkembang yang
untuk kehidupannya sel tersebut harus menempel pada dinding rahim. Jadi zygote
memiliki sifat persis seperti jamur atau benalu yang tumbuh dari sesuatu yang di
tempelinya, yaitu dinding rahim.

Di dalam Al Quran ia menggunakan kata ‘alaq, dan menurut ilmu pengetahuan modern
saat ini, ia menggunakan kata zygote, yang keduanya memiliki arti dan makna pada satu
kejadian dan fakta yang sama yaitu ; sesuatu yang hidup dari sesuatu yang ditempelinya,
dan alam bentuknya secara sederhana ia terlihat seperti bentuk segumpal darah. Hasil
akhir (ujung dari penelitian ilmiah) dari ilmu embriology menunjukan fakta bahwa apa
mereka (para peneliti tersebut) temukan dan di akui oleh seluruh dunia, adalah sama
dengan apa yang dinyatakan di alam Al Quran 14 abad yang lalu, padahal pada saat itu
Rasulullah sama sekali belum memiliki perangkat atau teknologi modern seperti saat ini.

Ini adalah salah satu dari banyak sekali fakta yang telah ditemukan saat ini bahwa titik
tertinggi dari ilmu pengetahuan modern yang mengatakan tentang kebenaran yang haq,
sama dengan apa yang dinyatakan di dalam Al Quran, dan tentunya berbagai fakta yang
sangat mendetail tersebut menepis anggapat bahwa hal itu hanyalah sebuah kebetulan
saja, tetapi lebih kepada satu mukjizat Al Quran yang menambah keimanan seseorang
bahwa ia bukanlah kata-kata buatan Muhammad, tetapi ia adalah firman Allah dan
petunjuk bagi seluruh manusia.

Hal ini tentunya akan membuat orang yang berilmu akan merasa takjub (kagum) terhadap
Al Quran yang demikian akuratnya mengatakan kebenaran yang hakiki dari sebuah
peristiwa. Tentunya, uraian diatas hanyalah satu fakta dari banyak sekali fakta yang
menunjukkan mukjizat Al Quran dari kebenaran yang hakiki. Yang kemudian, fakta itu
tidak hanya berada dalam ranah ilmu pengetahuan saja, tetapi juga dalam seluruh aspek
kehidupan manusia.

Jika satu fakta atau sekian banyak fakta sudah benar adanya (dalam konteks kehidupan di
dunia), dan hal itu adalah sebuah kebenaran yang hakiki yang tidak dapat terbantahkan
oleh pikiran yang sehat, maka demikian pula dengan berita-berita tentang kejadian di
masa yang akan datang (tentang hari kiamat, hari penghisaban, surga & neraka, dll), ia
memiliki bobot kebenaran yang sama benarnya, sama nyatanya dengan apa yang
dirasakan oleh manusia ketika hidup di dunia ini. Inilah juga termasuk yang disebutkan di
dalam Al Quran, yaitu orang-orang yang beriman terhadap yang ghaib (sesuatu yang
belum diketahui oleh manusia sampai waktu yang ditetapkan oleh Allah).

Ketika dia menyadari hal ini dengan kesadarannya, dengan menggunakan potesinya
(pikiran dan akalnya), maka tidak ada alasan lain selain ia berserah diri, tunduk dan patuh
terhadap seluruh aturan yang Allah berikan kepadanya melalui Al Quran dan contoh
nyata dalam bentuk manusia yaitu Rasulullah saw.

Tidak ada paksaan sedikitpun bagi manusia untuk masuk kedalam islam, tetapi sudah
jelas mana jalan yang benar dan mana jalan yang sesat, jalan yang selamat dan jalan yan
celaka, sudah jelas siapa yang membutuhkan dan siapa yang dibutuhkan..dengan catatan,
hal ini hanya berlaku bagi mereka yang mau mencari kebenaran yang hakiki.

Dengan pemahaman yang singkat ini, maka kita bisa melihat, di dalam Al Quran, semua
Nabi memilih islam (jalan yang selamat) sebagai dien mereka untuk mencapai tujuan
akhir dari kehidupan mereka, yaitu kehidupan akhirat. Dien sering di artikan dengan arti
agama, tetapi dien memiliki makna yang lebih luas dari pada sekedar ritual saja, dien bisa
kita maknai dengan ‘the way of life’ (cara seseorang menjalankan kehidupannya). Dan
dien yang diridhoi di sisi Allah adalah ISLAM tidak ada dien yang diterima oleh Allah
selain itu, sebagaimana firman-Nya;

"Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidaklah akan diterima (agama itu)..."
(Ali Imran: 85).

0 komentar:

Post a Comment