Iklan

Thursday, January 19, 2017

Manusia dan Alam Semesta

Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh
makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah
mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan
menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu,
Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat
itu, yaitu MANUSIA.

Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi
yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan
intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta
pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti
terlibat dalam amanat itu.

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi
melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah
tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sealigus. Akan tetapi justru karena ada
proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia
itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan
fauna.

Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan
seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora
dan fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai
dan tatanan itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan alam” yang sering
dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat
disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral dan etika itu.
Manusia adalah satu-satunya makhluk di alam yang memiliki kapasitas untuk
menyandang predikat khalifah Tuhan di muka bumi. Makhluk dengan kedudukan agung
ini akan sangat merugi jika mencintai dunia secara berlebihan dan melalaikan posisi
tingginya di jagad raya ini. Pada suatu hari, seseorang bertanya kepada Abu Said Abul
Khayr, seorang tokoh sufi Persia, “Dimana engkau mencari Tuhan?” Abu Said
menjawab, “Di tempat mana engkau telah mencari Tuhan dan tidak menemukan-Nya?”

Manusia berusaha mengenal dirinya dan mengenal alam semesta. Ia ingin lebih
tahu siapa dirinya dan bagaimana alam semesta. Dua jenis pengetahuan ini menentukan
evolusi, kemajuan dan kebahagiaannya. Agama mengajak manusia untuk mengenal
dirinya. Pokok-pokok ajaran agama adalah kenalilah dirimu agar engkau tahu Tuhanmu
dan jangan melupakan Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu. Imam Ali as
mengatakan, “Semoga Allah merahmati manusia yang tahu asal-usulnya, tahu
keberadaan dirinya, dan tahu hendak ke mana dirinya.”

Seorang arif berkata bahwa maksud dari mencari Tuhan bukanlah engkau
menemukannya, tapi engkau harus menyelamatkan dirimu dari kelalaian dan mengenal
dirimu sendiri. Pengenalan manusia merupakan sebuah jalan untuk mengenal Tuhan dan
pada dasarnya, jalan mengenal Tuhan akan melewati gerbang pengenalan manusia itu
sendiri. Imam Ali as berkata, “Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh dia akan
mengenal Tuhannya”. Dengan kata lain, barang siapa yang telah mengenal dirinya
tentang bagaimana makhluk yang rendah ini bisa menggapai kesempurnaan, maka ia
akan mengenal Tuhannya. Sebab, manusia mengetahui bahwa selain Tuhan Yang Maha
Kuasa, tidak ada makhluk lain yang bisa mengantarkannya dari segumpal mani menuju
kesempurnaan.

Manusia dapat mengenal Tuhan dengan sifat Jamaliyah (keindahan) dan
Jalaliyah (Keagungan) dengan cara tafakkur, perenungan, dan penyelaman terhadap
dirinya sendiri. Imam Ali as berkata, “Barang siapa yang telah mengenal dirinya, maka ia
mengenal Tuhannya dan karena ia telah mengenal Tuhan, maka ia telah sampai pada ilmu
dan pengetahuan tentang seluruh keberadaan.”

Tujuan utama ilmu agama dan filsafat adalah mengenal manusia dan alam
semesta serta hubungan keduanya dengan Sang Pencipta. Oleh sebab itu, pengenalan
terhadap berbagai dimensi dan karakteristik manusia akan mendekatkan seseorang pada
asal mula penciptaan dan tujuan dasarnya. Rasul Saw bersabda, “Orang yang paling tahu
tentang dirinya, maka ia adalah orang yang paling mengenal Tuhannya.”

Dikisahkan bahwa seorang sufi berkata kepada sahabatnya demikian, “Wahai
Tuhan, kenalkanlah diri-Mu kepadaku.” Sementara aku berkata, “Wahai Tuhan, kenalilah
aku pada diriku sendiri.”

Hubungan manusia dan alam semesta merupakan sebuah tema penting filsafat.
Dengan kata lain, itu adalah sebuah masalah yang sangat esensial bagi manusia, dimana
ia menyimpan potensi besar dalam dirinya. Mereka yang mengkaji tema-tema Ilahiyat
dan ingin mengetahui hubungan antara makhluk dan khalik, atau mereka yang ingin
mengenal dirinya sendiri dan juga orang-orang yang ingin mempelajari metode
kehidupannya baik itu dalam dimensi individu, sosial atau bahkan universal, maka
mereka akan berurusan dengan masalah manusia dan alam semesta. Jika masalah ini
terpecahkan, kebanyakan dari problema umat manusia akan terselesaikan.

0 komentar:

Post a Comment