Iklan

Thursday, January 19, 2017

AL-QUR'AN DAN ILMU PENGETAHHUAN

A.Islam dan Ilmu Pengetahuan

ALQURAN sebagai sumber segala sumber ajaran Islam, memberi peluang seluasluasnya
kepada manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan dan menerapkannya bagi
kesejahteraan umat manusia keseluruhan, baik di dunia maupun di akhirat.
Prinsip para ilmuwan muslim beriman (ulul albab), setiap menemukan fenomenafenomena
baru dalam berbagai eksperimen dan penyusunan kaidah-kaidah keilmuan
adalah bertasbih kepada Allah SWT serta memohon perlindungan-Nya dari siksa api
neraka (Q.S. Ali Imran: 191).

           Hal ini untuk menegaskan agar setiap karya yang mereka telaah dan sebarluaskan,
senantiasa membawa maslahat bagi ummat. Tidak menimbulkan bencana berupa
kerusakan dan kehancuran, baik moral maupun material.
Ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam,
senantiasa berjalan dalam satu koridor lurus. Satu sama lain saling menunjang keberdaan
masing-masing. Ilmu pengetahuan senantiasa mengandung unsur-unsur syiar Islam yang
menjadi rahmat bagi semesta alam (Q.S. Al Ankabut: 107).

          Sehingga setiap produk iptek menjadi sebuah ibadah dalam memenuhi perintah Allah
SWT, sekaligus amal saleh bagi semua umat manusia.

B.KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim dan di bawah ini ada beberapa
hadits yang berhubungan dengan menuntut ilmu. Semoga bermanfaat.
Hadits riwayat Ibnu Abdil Bar

اطُْل بُُوْااْلعِْلمَ وَل وَْ بالصِّیْنَ فَاِنَّ طَلبََ اْلعِْلِم فَرِیْضَةٌ عَل ىَ كُلِّ مُسْلٍِم اِنَّ قَ:الَ رَسُوْلُ للهِ صَل ىَّ لله عََلیْھِ وَسَل مََّ
اْلمَلائَِكَةَ تَضَعُ اجَْنِحَتَھَا لِطَالِبِ اْلعِْلِم رِضًاِبمَا یَطْل بُُ

Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka
kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil
Bar).

Penjelasan Hadits:

           Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar di atas menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu
wajib dan para malaikat turut bergembira.

Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena
dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah
seseorang menjadi sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah saw. mewajibkan umatnya
agar menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan.

           Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim dan di bawah ini ada beberapa
hadits yang berhubungan dengan menuntut ilmu. Semoga bermanfaat.

Umat Islam wajib menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib shalat,
berarti wajib pula mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa, zakat, haji dan
sebagainya, berarti wajib pula mengetahui ilmu yang berkaitan dengan puasa, zakat, haji,
dan sebagainya sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Dengan ilmu berarti
manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana yang tidak boleh, seperti
perdagangan, batas-batas mana yang boleh diperbuat dan mana yang dilarang.


C.KORELASI ANTARA PERNYATAAN-PERYATAAN ILMIAH AL-QUR’AN DAN
ILMU PENGETAHUAN

Kata-kata atau pernyataan yang dipakai dalam Al-Qur'an untuk menggambarkan
aktivitas berpikir bukan hanya `aqala tetapi juga dengan kata-kata lain, di antaranya:
1. Nazara yaitu melihat secara abstrak, dalam arti berpikir dan merenung. Kata ini
terdapat dalam 30 ayat lebih[3], di antaranya yang terdapat dalam Al-Qur'an surat al-
Ghâsiyah ayat 17-20, yang Artinya:

"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? Dan langit
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana
ia dibentangkan?"

           Perintah untuk merenungi alam semesta, baik makhluk hidup maupun makhluk yang tak
bernyawa sebagaimana yang tercantum dalam ayat di atas, dan jaminan bahwa hukumhukum
yang mengendalikan alam semesta ini tidak berubah, mengandung janji apabila
kita mematuhi perintah tersebut, maka kita akan menemukan sebagian dari hukumhukum
yang ditetapkan-Nya itu dan kita akan dapat menguasai sains dan mampu
mengembangkan teknologi untuk kebahagiaan manusia[4]. Kata nazara dapat berarti
mengumpulkan pengetahuan melalui pengamatan atau observasi dan pengukuran atau
pengumpulan data pada alam sekitar kita. Dengan demikian, nazara yang dianjurkan AlQur'an
ternyata merupakan hal yang biasa dilakukan para ahli dalam mengembangkan
sains modern.

2. Tadabbara yaitu merenungkan sesuatu yang tersurat dan tersirat. Kata ini banyak
dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya yang terdapat dalam surat Muhammad
ayat 24 yang berbunyi:

"Tidakkah mereka merenungkan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?"

            Dengan melakukan tadabbur sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, maka manusia
akan diantarkan kepada suatu fakta bahwa Al-Qur'an menambahkan dimensi baru
terhadap studi mengenai hal yang tersurat seperti ayat-ayat Al-Qur'an dan tanda-tanda
yang terdapat dalam alam (ayat kauniyah), dan membantu pikiran manusia melakukan
terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur'an menunjukan bahwa
materi bukanlah sesuatu yang kotor dan tanpa nilai, tetapi di dalamnya terdapat tandatanda
yang membimbing manusia menuju Allah dan menunjukkan keagungannya. Alam
semesta adalah ciptaan Allah, Al-Qur'an mengajak manusia untuk menyelidiki dan
mengungkap tentang keajaiban alam serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang
berlimpah ruah untuk kesejahteraan hidup manusia. Jadi Al-Qur'an membawa manusia
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ciptaan-Nya dan realitas konkrit
yang terdapat dalam alam semesta. Hal ini sejalan dengan aktivitas dalam dunia ilmu
pengetahuan, yaitu mengadakan observasi, melakukan berbagai eksperimen, dan menarik
kesimpulan mengenai hukum-hukum alam yang berdasarkan observasi dan eksperimen
tersebut. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat mencapai Yang Maha Pencipta
melalui observasi yang teliti dan tepat terhadap hukum-hukum yang mengatur gejala
alam dan Al-Qur'an menunjukkan kepada realitas intelektual Yang Maha Besar, yaitu
Allah Swt lewat ciptaan-Nya[5]. Dengan cara seperti ini akan terwujud keseimbangan
antara kemajuan ilmu pengetahuan dan ketinggian iman kepada Allah Swt.

3. Tafakkara yaitu berpikir secara mendalam. Kata ini terdapat dalam Al-Qur'an
sebanyak 16 ayat[6], di antaranya sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-
Jâsiyah ayat 13 yang berbunyi:

"Ia buat segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi tunduk padamu,
semuanya adalah dari-Nya, padanya sungguh terrdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mau berpikir".

4. Faqiha yaitu mengerti secara mendalam. Kata ini dijumpai dalam Al-Qur'an sebayak
16 ayat[7], di antaranya firman-Nya dalam Al-Qur'an surat al-Taubat ayat: 122 yang
berbunyi:

"Tidak semestinya orang-orang mukmin semua pergi (berperang). Mengapa sebagian
dari tiap golongan tidak pergi memperdalam pemahaman tentang agama agar dapat
memberi peringatan bagi kaumnya, bila mereka kembali. Semoga mereka berjaga-jaga".

           Ayat-ayat tersebut mendorong para ulama zaman klasik untuk mempelajari ilmu
pengetahuan dari berbagai sumber. Usaha penerjemahan dimulai sejak abad VIII Masehi
ketika Khalifah Harun al-Rasyid menarik orang-orang pandai dan ahli bahasa ke
istananya di Baghdad. Orang-orang Arab belajar dari orang Cina tentang teknik
pembuatan kertas,, sehingga pada tahun 800 M., Khalifah al-Makmun di Baghdad
mendirikan Bait al-Hikmat, sebuah perpustakaan besar yang berisi sejuta buku. Pada
tahun 819 M., seorang pengembara menghitung jumlah perpustakaan umum di Baghdad
lebih dari 100 buah. Umat yang terbuka terhadap warisan kebudayaan Persia, Cina, India, dan Yunani menghidupkannya kembali dan memperbaharuinya sesuai dengan pandangan
mereka sendiri[8]. Mereka memilih kebudayaan yang sejalan dengan pandangan mereka,
yaitu bahwa alam, manusia, dan Tuhan merupakan satu kesatuan. Dengan demikian,
gerakan ilmu pengetahuan yang dikembangkan tersebut tidak bergeser dari prinsip
tauhid. Dari aktivitas keilmuan dan prinsip tauhid yang dipegang ini lahirlah para ilmuan
kaliber dunia dan ensiklopedik yang menguasai puluhan cabang ilmu pengetahuan. Di
samping ahli ilmu agama, juga ahli ilmu pengetahuan alam, seperti Al-Kindi, Al-Farabi,
dan Ibnu Sina. Mereka juga berhasil mengintegrasikan berbagai ilmu pengetahuan yang
semula berjalan sendiri-sendiri menjadi satu kesatuan. Semua ini tidak lepas dari
dorongan Al-Qur'an untuk ber-tafaqquh dalam segala bidang ilmu.

5. Tazakkara yaitu memahami dalam bentuk pemahaman yang mendalam. Sebagai
contoh firman Allah dalam AlQur'an surat al-Anbiyâ ayat 78-79) yang berbunyi:

           Dan Daud serta Sulaiman sewaktu mnenentukan keputusan tentang ladang ketika domba
masuk ke dalamnya pada malam hari, dan kami menjadi saksi atas keputusan itu . Kami
buat Sulaiman memahaminya dan kepada keduanya kami berikan nikmat dan ilmu. Kami
jadikan bersama Daud gunung dan burung tunduk memuja kamilah pembuat semua itu.

7. 'Aqala yaitu menggunakan akal atau rasio. Di dalam Al-Qur'an tidak kurang dari 45
ayat yang berbicara tentang pemakaian akal yang merupakan bagian integral dari
pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an
surat al-Anfâl ayat 22 yang berbunyi:

"Seburuk-buruk binatang pada pandangan Allah adalah yang tuli, bisu, dan tidak
mempergunakan akal".

           Dengan memperhatikan ayat-ayat di atas, nampak jelas bahwa Al-Qur'an banyak
mengandung perintah kepada manusia untuk memperhatikan alam (kosmos). Alam penuh
dengan tanda-tanda yang harus diperhatikan, diteliti, dan dipikirkan oleh manusia agar
mereka mengetahui rahasia yang terkandung di balik tanda-tanda itu. Pemikiran
mendalam mengenai tanda-tanda itu membawa kepada pemahaman tentang berbagai
fenomena alam itu sendiri. Hal ini akan melahirkan keyakinan yang kuat akan eksistensi
Tuhan Pencipta alam dan hukum alam yang mengatur perjalanan alam. Di sisi lain dari
pemikiran yang mendalam tersebut akan diperoleh temuan-temuan dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan.

0 komentar:

Post a Comment