A.Islam
dan Ilmu Pengetahuan
ALQURAN
sebagai sumber segala sumber ajaran Islam, memberi peluang
seluasluasnya
kepada manusia untuk
menuntut ilmu pengetahuan dan menerapkannya bagi
kesejahteraan umat
manusia keseluruhan, baik di dunia maupun di akhirat.
Prinsip para ilmuwan
muslim beriman (ulul albab), setiap menemukan fenomenafenomena
baru dalam berbagai
eksperimen dan penyusunan kaidah-kaidah keilmuan
adalah bertasbih
kepada Allah SWT serta memohon perlindungan-Nya dari siksa api
neraka (Q.S. Ali
Imran: 191).
Hal ini untuk
menegaskan agar setiap karya yang mereka telaah dan sebarluaskan,
senantiasa membawa
maslahat bagi ummat. Tidak menimbulkan bencana berupa
kerusakan dan
kehancuran, baik moral maupun material.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam,
senantiasa berjalan
dalam satu koridor lurus. Satu sama lain saling menunjang keberdaan
masing-masing. Ilmu
pengetahuan senantiasa mengandung unsur-unsur syiar Islam yang
menjadi rahmat bagi
semesta alam (Q.S. Al Ankabut: 107).
Sehingga setiap
produk iptek menjadi sebuah ibadah dalam memenuhi perintah Allah
SWT, sekaligus amal
saleh bagi semua umat manusia.
B.KEWAJIBAN
MENUNTUT ILMU
Menuntut
ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim dan di bawah ini ada beberapa
hadits yang berhubungan
dengan menuntut ilmu. Semoga bermanfaat.
Hadits
riwayat Ibnu Abdil Bar
اطُْل بُُوْااْلعِْلمَ وَل وَْ بالصِّیْنَ فَاِنَّ
طَلبََ اْلعِْلِم فَرِیْضَةٌ عَل ىَ كُلِّ مُسْلٍِم اِنَّ قَ:الَ رَسُوْلُ للهِ صَل ىَّ
لله عََلیْھِ وَسَل مََّ
اْلمَلائَِكَةَ تَضَعُ اجَْنِحَتَھَا لِطَالِبِ اْلعِْلِم
رِضًاِبمَا یَطْل بُُ
Artinya: “Tuntutlah
ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
wajib
bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka
kepada
para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil
Bar).
Penjelasan
Hadits:
Hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abdil Bar di atas menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu
wajib dan para malaikat
turut bergembira.
Agama Islam sangat
memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena
dengan ilmu pengetahuan
manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah
seseorang menjadi
sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah saw. mewajibkan umatnya
agar menuntut ilmu, baik
laki-laki maupun perempuan.
Menuntut ilmu adalah
suatu kewajiban bagi setiap muslim dan di bawah ini ada beberapa
hadits yang berhubungan
dengan menuntut ilmu. Semoga bermanfaat.
Umat Islam wajib
menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib shalat,
berarti wajib pula
mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa, zakat, haji dan
sebagainya, berarti
wajib pula mengetahui ilmu yang berkaitan dengan puasa, zakat, haji,
dan sebagainya
sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Dengan ilmu berarti
manusia mengetahui
mana yang harus dilakukan mana yang tidak boleh, seperti
perdagangan,
batas-batas mana yang boleh diperbuat dan mana yang dilarang.
C.KORELASI
ANTARA PERNYATAAN-PERYATAAN ILMIAH AL-QUR’AN DAN
ILMU
PENGETAHUAN
Kata-kata
atau pernyataan yang dipakai dalam Al-Qur'an untuk menggambarkan
aktivitas berpikir
bukan hanya `aqala tetapi juga dengan kata-kata lain, di antaranya:
1. Nazara yaitu
melihat secara abstrak, dalam arti berpikir dan merenung. Kata ini
terdapat dalam 30
ayat lebih[3], di antaranya yang terdapat dalam Al-Qur'an surat al-
Ghâsiyah ayat 17-20,
yang Artinya:
"Apakah
mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? Dan langit
bagaimana
ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana
ia
dibentangkan?"
Perintah untuk
merenungi alam semesta, baik makhluk hidup maupun makhluk yang tak
bernyawa sebagaimana
yang tercantum dalam ayat di atas, dan jaminan bahwa hukumhukum
yang mengendalikan
alam semesta ini tidak berubah, mengandung janji apabila
kita mematuhi
perintah tersebut, maka kita akan menemukan sebagian dari hukumhukum
yang ditetapkan-Nya
itu dan kita akan dapat menguasai sains dan mampu
mengembangkan
teknologi untuk kebahagiaan manusia[4]. Kata nazara dapat berarti
mengumpulkan
pengetahuan melalui pengamatan atau observasi dan pengukuran atau
pengumpulan data pada
alam sekitar kita. Dengan demikian, nazara yang dianjurkan AlQur'an
ternyata merupakan
hal yang biasa dilakukan para ahli dalam mengembangkan
sains modern.
2. Tadabbara yaitu
merenungkan sesuatu yang tersurat dan tersirat. Kata ini banyak
dijumpai dalam
ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya yang terdapat dalam surat Muhammad
ayat 24 yang
berbunyi:
"Tidakkah
mereka merenungkan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?"
Dengan melakukan
tadabbur sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, maka manusia
akan diantarkan
kepada suatu fakta bahwa Al-Qur'an menambahkan dimensi baru
terhadap studi
mengenai hal yang tersurat seperti ayat-ayat Al-Qur'an dan tanda-tanda
yang terdapat dalam
alam (ayat kauniyah), dan membantu pikiran manusia melakukan
terobosan terhadap
batas penghalang dari alam materi. Al-Qur'an menunjukan bahwa
materi bukanlah
sesuatu yang kotor dan tanpa nilai, tetapi di dalamnya terdapat tandatanda
yang membimbing
manusia menuju Allah dan menunjukkan keagungannya. Alam
semesta adalah
ciptaan Allah, Al-Qur'an mengajak manusia untuk menyelidiki dan
mengungkap tentang
keajaiban alam serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang
berlimpah ruah untuk
kesejahteraan hidup manusia. Jadi Al-Qur'an membawa manusia
mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah melalui ciptaan-Nya dan realitas konkrit
yang terdapat dalam
alam semesta. Hal ini sejalan dengan aktivitas dalam dunia ilmu
pengetahuan, yaitu
mengadakan observasi, melakukan berbagai eksperimen, dan menarik
kesimpulan mengenai
hukum-hukum alam yang berdasarkan observasi dan eksperimen
tersebut. Dengan ilmu
pengetahuan manusia dapat mencapai Yang Maha Pencipta
melalui observasi
yang teliti dan tepat terhadap hukum-hukum yang mengatur gejala
alam dan Al-Qur'an
menunjukkan kepada realitas intelektual Yang Maha Besar, yaitu
Allah Swt lewat
ciptaan-Nya[5]. Dengan cara seperti ini akan terwujud keseimbangan
antara kemajuan ilmu
pengetahuan dan ketinggian iman kepada Allah Swt.
3. Tafakkara yaitu
berpikir secara mendalam. Kata ini terdapat dalam Al-Qur'an
sebanyak 16 ayat[6],
di antaranya sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-
Jâsiyah ayat 13 yang
berbunyi:
"Ia
buat segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi tunduk padamu,
semuanya
adalah dari-Nya, padanya sungguh terrdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mau
berpikir".
4. Faqiha yaitu
mengerti secara mendalam. Kata ini dijumpai dalam Al-Qur'an sebayak
16 ayat[7], di
antaranya firman-Nya dalam Al-Qur'an surat al-Taubat ayat: 122 yang
berbunyi:
"Tidak
semestinya orang-orang mukmin semua pergi (berperang). Mengapa sebagian
dari
tiap golongan tidak pergi memperdalam pemahaman tentang agama agar dapat
memberi
peringatan bagi kaumnya, bila mereka kembali. Semoga mereka berjaga-jaga".
Ayat-ayat tersebut
mendorong para ulama zaman klasik untuk mempelajari ilmu
pengetahuan dari
berbagai sumber. Usaha penerjemahan dimulai sejak abad VIII Masehi
ketika Khalifah Harun
al-Rasyid menarik orang-orang pandai dan ahli bahasa ke
istananya di Baghdad.
Orang-orang Arab belajar dari orang Cina tentang teknik
pembuatan kertas,,
sehingga pada tahun 800 M., Khalifah al-Makmun di Baghdad
mendirikan Bait
al-Hikmat, sebuah perpustakaan besar yang berisi sejuta buku. Pada
tahun 819 M., seorang
pengembara menghitung jumlah perpustakaan umum di Baghdad
lebih dari 100 buah.
Umat yang terbuka terhadap warisan kebudayaan Persia, Cina, India, dan Yunani
menghidupkannya kembali dan memperbaharuinya sesuai dengan pandangan
mereka sendiri[8].
Mereka memilih kebudayaan yang sejalan dengan pandangan mereka,
yaitu bahwa alam,
manusia, dan Tuhan merupakan satu kesatuan. Dengan demikian,
gerakan ilmu
pengetahuan yang dikembangkan tersebut tidak bergeser dari prinsip
tauhid. Dari
aktivitas keilmuan dan prinsip tauhid yang dipegang ini lahirlah para ilmuan
kaliber dunia dan
ensiklopedik yang menguasai puluhan cabang ilmu pengetahuan. Di
samping ahli ilmu
agama, juga ahli ilmu pengetahuan alam, seperti Al-Kindi, Al-Farabi,
dan Ibnu Sina. Mereka
juga berhasil mengintegrasikan berbagai ilmu pengetahuan yang
semula berjalan
sendiri-sendiri menjadi satu kesatuan. Semua ini tidak lepas dari
dorongan Al-Qur'an
untuk ber-tafaqquh dalam segala bidang ilmu.
5. Tazakkara yaitu
memahami dalam bentuk pemahaman yang mendalam. Sebagai
contoh firman Allah
dalam AlQur'an surat al-Anbiyâ ayat 78-79) yang berbunyi:
Dan
Daud serta Sulaiman sewaktu mnenentukan keputusan tentang ladang ketika domba
masuk
ke dalamnya pada malam hari, dan kami menjadi saksi atas keputusan itu . Kami
buat
Sulaiman memahaminya dan kepada keduanya kami berikan nikmat dan ilmu. Kami
jadikan
bersama Daud gunung dan burung tunduk memuja kamilah pembuat semua itu.
7. 'Aqala yaitu
menggunakan akal atau rasio. Di dalam Al-Qur'an tidak kurang dari 45
ayat yang berbicara
tentang pemakaian akal yang merupakan bagian integral dari
pengembangan ilmu
pengetahuan. Sebagai contoh Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an
surat al-Anfâl ayat
22 yang berbunyi:
"Seburuk-buruk
binatang pada pandangan Allah adalah yang tuli, bisu, dan tidak
mempergunakan
akal".
Dengan memperhatikan
ayat-ayat di atas, nampak jelas bahwa Al-Qur'an banyak
mengandung perintah
kepada manusia untuk memperhatikan alam (kosmos). Alam penuh
dengan tanda-tanda
yang harus diperhatikan, diteliti, dan dipikirkan oleh manusia agar
mereka mengetahui
rahasia yang terkandung di balik tanda-tanda itu. Pemikiran
mendalam mengenai
tanda-tanda itu membawa kepada pemahaman tentang berbagai
fenomena alam itu
sendiri. Hal ini akan melahirkan keyakinan yang kuat akan eksistensi
Tuhan Pencipta alam
dan hukum alam yang mengatur perjalanan alam. Di sisi lain dari
pemikiran yang
mendalam tersebut akan diperoleh temuan-temuan dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan.
0 komentar:
Post a Comment